Writy.
  • Home
  • Opinion
  • Editorial
  • Culture
  • Global
  • Essay
  • Letters
  • Sports
  • Education
No Result
View All Result
Get Started
Writy.
  • Home
  • Opinion
  • Editorial
  • Culture
  • Global
  • Essay
  • Letters
  • Sports
  • Education
No Result
View All Result
Writy.
No Result
View All Result

Ujub dengan Nasab yang Tinggi

Bekal Islam by Bekal Islam
September 26, 2021
in Berjihad Melawan Riya'
0
Share on FacebookShare on Twitter

Ujub dengan Nasab yang Tinggi

Telah lalu pembahasan tentang ujub karena amalan sholeh (lihat pasal “Kenapa Mesti Ujub” dan pasal “Berjihad Memerangi Ujub”). Disana ada bentuk-bentuk ujub yang lain sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Haamid Al-Gozaali rahimahullah dalam kitabnya Ihyaa’ Uluumiddiin. Beliau rahimahullah menyebutkan ada 8 model ujub, yaitu : Ujub dengan Nasab yang Tinggi

Al-Ghozaali rahimahullah berkata :

You might also like

Berjihad Melawan Ujub dan Riya’

September 26, 2021

Ujub Dekat Dengan Penguasa Dzalim

September 26, 2021

“Ujub dengan nasab yang mulia, sebagaimana ujubnya Al-Haasyimiyah (*yang merupakan ahlul bait), sampai-sampai sebagian mereka menyangka bisa selamat dengan kemuliaan nasabnya dan dengan selamatnya leluhur mereka, dan ia telah diampuni dosa-dosanya. Dan sebagian mereka mengkhayal bahwasanya seluruh manusia adalah budak-budaknya.

Obat ujub ini adalah hendaknya ia mengetahui bahwasanya jika ia menyelisihi perbuatan dan akhlak leluhurnya dan ia menyangka bahwa ia akan ikut serta mereka maka ia adalah orang jahil. Jika ia meneladani leluhurnya maka ujub bukanlah termasuk akhlak leluhurnya, akan tetapi yang merupakan akhlak leluhurnya adalah rasa khouf (takut), merendahkan diri, menghormati manusia, dan mencela nafsu/jiwa mereka. Sungguh mereka (para leluhur) telah mencapai kemuliaan dengan ketaatan dan ilmu serta akhlak-akhlak yang terpuji. Mereka tidak meraih kemuliaan dengan nasab, maka hendaknya ia menjadi mulia dengan perkara-perkara yang menjadikan para leluhurnya mulia.

Sungguh ada orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir yang telah menyamai mereka dan menyertai mereka dari sisi nasab dan kabilah (suku), akan tetapi mereka di sisi Allah lebih buruk dari pada anjing-anjing dan lebih hina dari pada babi-babi. Karenanya Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan”

Yaitu tidak ada tingkatan-tingkatan pada nasab-nasab kalian karena kalian berkumpul pada asal yang satu/sama. Kemudian Allah menyebutkan faedah nasab, maka Allah berfirman

وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

“Dan Kami menjadikan kalian berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”

Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya kemuliaan adalah karena ketakwaan bukan karena nasab, maka Allah berfirman

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kalian” (QS Al-Hujuroot : 13)

Tatkala dikatakan kepada Rasulullah ﷺ مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ؟ مَنْ أَكْيَسُ النَّاسِ؟ (Siapakah orang yang paling mulia?, siapakah orang yang paling cerdas?), maka Rasulullah tidak berkata, “Orang yang paling mulia adalah orang yang nasabnya berarah ke nasabku”, akan tetapi Nabi berkata,

أَكْرَمُهُمْ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَشَدُّهُمْ لَهُ اسِتِعْدَادًا

“Orang yang paling mulia adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling kencang persiapannya untuk kematian” (*Hadits ini dengan lafal : أَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَفْضَلُ؟ “Orang mukmin manakah yang paling afdol?” diriwayatkan oleh Ibnu Majah no 4249 dan dihasankan oleh Al-‘Irooqi dalam Al-Mughni, dan dihasankan oleh Al-Albani. Dan lafal ini semakna dengan lafal مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ؟  “Siapakah orang yang paling mulia?”. Lafal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyaa dalam kitabnya Makaarim Al-Akhlaaq hal 18*-pen)…

Dan Nabi ﷺ bersabda :

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ كُلُّكُمْ بَنُوْ آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ

“Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan jahiliyah, kalian seluruhnya anak keturunan Adam, dan Adam dari tanah” (*HR Abu Dawud no 5116 dan At-Thirmidzi no 3270 dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Dan Nabi ﷺ bersabda :

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ لاَ تَأْتِي النَّاسُ بِالأَعْماَلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتَأْتُوْنَ بِالدُّنْيَا تَحْمِلُوْنَهَا عَلى رِقَابِكُمْ تَقُوْلُوْنَ يَا مُحَّمَدُ يَا مُحَمَّدُ فَأَقُوْلُ هَكَذَا أَيْ أُعْرِضُ عَنْكُمْ

“Wahai jama’ah suku Quraisy, janganlah orang-orang datang pada hari kiamat dengan membawa amal-amal sholeh sedangkan kalian kalian datang membawa dunia yang kalian pikul di atas leher-leher kalian, (lalu) kalian berkata : “Wahai Muhammad..wahai Muhammad !”, maka akupun berpaling dari kalian” (*HR At-Thobroni dan dinyatakan dho’if oleh Al-‘Irooqi dalam Al-Mughni ‘an haml Al-Asfaar)

Maka Nabi ﷺ menjelaskan bahwasanya jika kaum suku Quraisy condong kepada dunia maka nasab Quraisy mereka tidak akan memberi manfaat bagi mereka.

Tatkala turun firman Allah

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (QS As-Syu’aroo : 214),

Maka Nabipun memanggil rumpun-rumpun dari suku Quraisy hingga akhirnya beliau berkata :

يَا فَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ يَا صَفِيَّةُ بِنْتُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ عَمَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم اِعْمَلاَ لِأَنْفُسِكُمَا فَإِنِّي لاَ أُغْنِي عَنْكُمَا مِنَ اللهِ شَيْئًا

“Wahai Fatimah putrid Muhammad, wahai Shofiyyah binti Abdil Muthholib bibi Rasulullah ﷺ, hendaknya kalian berdua beramal sholeh untuk menyelamatkan kalian, karena sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian berdua sedikitpun” (HR Muslim no 206)

Barangsiapa yang memahami perkara-perkara ini dan mengetahui bahwasanya kemuliaannya sesuai dengan kadar ketakwaannya dan kebiasaan leluhurnya/nenek moyangnya dahulu adalah tawaadlu’ maka ia akan meneladani mereka dalam ketakwaan dan ke-tawaadhu’-an, dan jika tidak maka ia telah mencela nasab dirinya sendiri dengan lisaan haal-nya bagaimanapun juga ia berafiliasi kepada leluhurnya namun tidak meniru mereka dalam sifat tawadhu’, ketakwaan, rasa khouf dan khawatir. (*yaitu sikapnya melazimkan ia mencela nasabnya meskipun lisannya mengaku menjunjung nasabnya-pen).(demikian perkataan Al-Gozali rahimahullah dalam Ihyaa ‘Uluumiddiin 3/375-376)

Ditulis oleh Ustadz DR. Firanda Andirja, MA
Judul: Berjihad Melawan Riya’ (Series)

Bekal Islam

Bekal Islam

Related Stories

Berjihad Melawan Ujub dan Riya’

by Bekal Islam
September 26, 2021
0

Berjihad Melawan Ujub dan Riya' Sesungguhnya berjihad melawan Riya’ dan ujub dalam rangka mempertahankan keutuhan keihklasan merupakan jihad yang sangat...

Ujub Dekat Dengan Penguasa Dzalim

by Bekal Islam
September 26, 2021
0

Ujub Dekat Dengan Penguasa Dzalim Al-Ghozali rahimahullah berkata : "Ujub dengan afiliasi kepada para penguasa yang dzolim dan anak buah...

Ujub dengan Pendapat yang Salah

by Bekal Islam
September 26, 2021
0

Ujub dengan Pendapat yang Salah Al-Ghozali rahimahullah berkata: "Allah berfirman : أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا "Maka Apakah...

Ujub dengan Harta

by Bekal Islam
September 26, 2021
0

Ujub dengan Harta Al-Gozali rahimahullah berkata : "Ujub dengan harta sebagaimana firman Allah tentang si pemiliki dua kebun yang berkata...

Next Post

Ujub Terhadap Keindahan Tubuh dan Parasnya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bekal Islam

We bring you the best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc. Check our landing page for details.

  • Buy JNews
  • Support Forum
  • Pre-sale Question
  • Contact Us

© 2024 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Landing Page
  • Buy JNews
  • Support Forum
  • Pre-sale Question
  • Contact Us

© 2024 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.