3. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
wa rabbaka fa kabbir
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
Tafsir :
Sebagian para ulama yang di antaranya adalah Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini mengisyaratkan agar tujuan Nabi ﷺ berdakwah adalah untuk mengagungkan Allah ﷻ ([1]). Maka ayat ini mengisyaratkan bahwa seseorang harus ikhlas dalam berdakwah, dan bukan untuk mengagungkan dirinya atau pun memperbanyak pengikutnya, melainkan agar manusia mengagungkan Allah ﷻ. Peringatan ini sangat penting sampai-sampai hal ini juga diperingatkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam kitabnya, beliau mengatakan,
لأن كثيراً لو دعا إلى الحق، فهو يدعو إلى نفسه
“Sebab kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran, justru mereka mengajak kepada dirinya sendiri.”([2])
Betapa banyak orang yang berdakwah, meskipun yang diseru adalah kebenaran dari Alquran dan sunnah, tetapi ternyata di samping itu dia menyeru kepada dirinya sendiri, sehingga dia ingin orang-orang terpusat kepada dirinya. Dan niat seperti ini merupakan cacat seseorang dalam dakwah. Oleh karenanya Allah ﷻ mengatakan dalam ayat ini bahwa tujuan seseorang memberi peringatan adalah untuk mengagungkan Allah ﷻ. Maka hendaknya seseorang mengagungkan Allah ﷻ dalam segala hal, baik dalam setiap ucapannya, dalam segala tulisannya, dalam segala perbuatannya, dan bahkan dalam kesendiriannya.
Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa ayat ini berkaitan dengan shalat ([3]). Yaitu bahwasanya sejak saat itu Nabi ﷺ telah diperintahkan untuk shalat, meskipun belum turun perintah shalat lima waktu, karena firman Allah ﷻ ini bermakna ‘Allahu Akbar’. Dan kata Nabi ﷺ tentang shalat,
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Pembuka shalat adalah bersuci, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.”([4])
Akan tetapi jumhur Ahli Tafsir mengatakan bahwa ayat ini umum dan bukan hanya berkaitan dengan shalat.
_________________________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir As-Sa’di hal. 895
([2]) Kitab At-Tauhid Muhammad bin Abdul Wahhab 1/21
([3]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 19/62
([4]) HR. Ibnu Majah no. 275; HR. Abu Daud no. 618; HR. At-Tirmidzi no. 238; dan HR. Ahmad no. 1009