10. وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
wa-ammaa alssaa-ila falaa tanhar
“Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardiknya”
Tafsir Surat Adh-Dhuha Ayat-10
Yaitu “sebagaimana dahulu engkau tersesat tidak mengerti akan ilmu dan iman, maka jika ada orang meminta (bertanya) ilmu kepadamu maka janganlah engkau menghardiknya, akan tetapi lembutlah kepadanya dan berikanlah ilmu kepadanya” (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/413). Ini merupakan peringatan kepada para da’i dan para ulama agar mereka bersabar dengan orang-orang yang bertanya kepada mereka, agar mereka bersabar dalam berdakwah. Karena memang betapa sering orang yang bertanya tidak memiliki (belum tahu) adab dalam bertanya, sehingga terkadang mengganggu para da’i dan ulama tersebut. Jika mereka merasa terganggu maka ingatlah ayat ini agar mereka lebih bersabar, karena sungguh kesesatan (kejahilan) yang dimiliki penanya itu adalah kehinaan dan petunjuk (ilmu) yang mereka butuhkan itu adalah karunia yang besar.
Demikian juga ayat ini umum bukan hanya berkaitan dengan orang yang bertanya tentang ilmu. Maka apabila ada orang yang meminta-minta dan kita tidak mampu memberinya sesuatu, maka janganlah kita menghina dan menghardiknya, akan tetapi hendaknya mengatakan kata-kata yang halus kalau kita memang tidak punya.
Sikap seperti ini benar-benar diamalkan oleh Nabi, dimana Nabi tidak pernah menghardik orang yang meminta-minta. Bahkan Nabi disifati oleh para shahabat, أَنَّهُ لاَ يَرُدُّ سَائِلاً bahwa Nabi sama sekali tidak pernah menolak orang yang meminta kepadanya. (HR Al-Bukhari no 2093). Jangankan membentak, orang yang meminta saja tidak pernah beliau tolak seandainya beliau memang punya. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata :
مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الإسْلامِ شَيْئًا إلا أعْطَاهُ. قَالَ: فَجَاءَه رَجُلٌ (وفي رواية : سأل النبي صلى الله عليه وسلم غنما بين جبلين) فَأعْطَاهُ غَنمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَرَجَعَ إلَى قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَاقَوْمِ، أسْلِمُوا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لا يَخْشَى الْفَاقَةَ
“Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diminta sesuatu –demi untuk masuk Islam- kecuali Rasulullah akan berikan. Maka datang seseorang (dalam riwayat yang lain : Orang ini meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kambing sepenuh lembah diantara dua gunung) maka Nabi memberikan kepadanya kambing sepenuh lembah, lalu iapun kembali kepada kaumnya dan berkata, “Wahai kaumku, masuklah kalian ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad memberi pemberian tanpa takut kemiskinan sama sekali.” (HR Muslim no. 2312)
Nabi tidak hanya memberikan kepada kaum muslimin, bahkan Nabi juga memberi untuk non muslim dalam rangka menarik hati mereka ke dalam Islam. Akhirnya orang yang meminta kambing sepenuh lembah itupun masuk Islam, bahkan ia pulang ke kaumnya mendakwahi mereka dengan menjelaskan kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Syihab tentang kisah seorang sahabat yang awalnya sangat kepada Nabi. Ibnu Syihab beliau berkata :
غَزَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزْوَةَ الْفَتْحِ – فَتْحِ مَكَّةَ – ثُمَّ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَاقْتَتَلُوا بِحُنَيْنٍ، فَنَصَرَ اللهُ دِينَهُ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأعْطَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ صَفْوَانَ بْنَ أميَّةَ مِائَةً مِنَ النَّعَمِ، ثُمَّ مِائَةً، ثُمَّ مِائَةً.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan perang menaklukkan kota Mekah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi bersama kaum muslimin bertempur dalam perang Hunain, maka Allah memenangkan agamaNya dan kaum muslimin. Dan pada hari itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan kepada Sofwan bin Umayyah 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta.”
Sa’id Ibnul Musayyib berkata bahwasanya Sofwan bin Umayyah berkata :
وَاللهِ لَقَدْ أعْطَانِى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أعْطَانِى، وَإِنَّهُ لأبْغَضُ النَّاسِ إلَىَّ، فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِى حَتَّى إنَّهُ لأحَبُّ النَّاسِ إلَىَّ
“Demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kepadaku apa yang ia berikan, padahal ia adalah orang yang paling aku benci. Namun Nabi terus memberikan kepadaku hingga akhirnya ia adalah orang yang paling aku cintai.” (HR Muslim no. 2313)
Dari beberapa kisah ini tampaklah bahwa Nabi benar-benar mengamalkan firman Allah “Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardiknya”, bahkan lebih dari itu, Nabi selalu memberikan barang yang dia punyai.