Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Karena Nabi Muhammad ﷺ berdoa,
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ
“dan aku memohon kepadamu dengan segala nama yang Engkau namakan diri-Mu dengannya.” ([1])
Maka tidak boleh kita menamakan Allah ﷻ dengan nama yang tidak ada dalilnya.
Contoh:
Masalah:
Bagaimana dengan menamakan Allah ﷻ dengan Tuhan?
Jawab:
Tuhan bukanlah nama Allah ﷻ, kita boleh memanggil Allah ﷻ dengan Tuhan sebagai khabar, akan tetapi kita bukan menamakannya. Contohnya seperti ketika kita mengatakan “Allah ﷻ adalah sang pembuat segalanya” maka “sang pembuat segalanya” bukanlah nama Allah ﷻ. Jika kita ingin memuji Allah ﷻ maka hendaknya kita menggunakan nama-nama Allah ﷻ yang Allah ﷻ telah namakan diri-Nya dengan nama-nama tersebut.
Sebagian orang banyak menulis nama-nama Allah ﷻ lalu nama-nama tersebut digantung di rumah, dipakai di ikat pinggang, dan lain-lainnya.
Cara yang benar dalam beribadah dengan nama-nama Allah ﷻ adalah dengan berdoa menyebut nama tersebut sesuai dengan yang kita inginkan.
Kebanyakan zikir-zikir Rasulullah ﷺ adalah dengan kalimat yang sempurna. Contohnya:
Jika kita berzikir dengan lafal-lafal ini maka maknanya sangat jelas. Berbeda dengan sebagian orang yang berzikir dengan menyebut lafal “اللَهُ” saja sebanyak 100 x maka maknanya tidak sempurna, terlebih lagi orang yang berzikir hanya dengan lafal “هُوَ” (Dia) sebanyak 100 kali maka maknanya lebih tidak jelas. Kita katakan kepada mereka bahwa cara berzikir seperti ini tidak sesuai sunnah Nabi Muhammad ﷺ. Jadi zikir-zikir yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah menggunakan kalimat-kalimat sempurna yang mengandung makna yang sempurna sehingga orang-orang bisa merenungkan kandungan makna zikir tersebut.
Ini adalah akidahnya orang-orang Jahmiyah, di mana mereka mengatakan bahwa Ar-Rahman, Al-Ghafur, Al-Alim, dan lainnya semuanya memiliki makna yang sama. Adapun kita sebagai Ahlusunah Waljamaah mengatakan setiap nama-nama Allah memiliki makna-makna yang berbeda. Mereka memahami demikian karena mereka memiliki syubhat yang semuanya telah penulis jelaskan dalam Syarah al-Aqidah Al-Wasithiyah.
Footnote:
__________
([1]) HR. Bazzar No. 1994, dan dinyatakan oleh Al-Albani dalam kitabnya Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib No. 1822.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ bismillāhir-raḥmānir-raḥīm 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha…
الٓمٓ alif lām mīm 1. Alif laam miim. ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ…
الٓمٓ alif lām mīm 1. Alif laam miim. ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ…
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا…
الٓمٓصٓ alif lām mīm shād 1. Alif laam mim shaad. كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُن…
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَنفَالِ ۖ قُلِ ٱلْأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَصْلِحُوا۟ ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ…