Definisi
Secara bahasa, sabil bermakna jalan. Adapun sabilillah dikatakan oleh ibnul Atsir rahimahullah,
وسَبِيلُ اللَّهِ عامٌّ يقعُ عَلَى كُلِّ عَمل خالِصٍ سُلك بِهِ طَرِيقُ التقرُّب إِلَى اللَّهِ تَعَالَى بأداءِ الفَرَائض والنَّوافل وأنْواع التَّطوعُّات، وَإِذَا أُطْلق فَهُوَ فِي الغالِب واقعٌ عَلَى الجهَاد، حَتَّى صارَ لكَثْرة الاسْتِعْمال كَأَنَّهُ مقصورٌ عَلَيْهِ.
“Sabilillah bermakna umum, tertuju pada semua amalan yang murni bertujuan untuk ber-taqarrub kepada Allah Ta’ala, baik berupa ibadah-ibadah yang wajib, sunah, ataupun tathawwu’. Adapun jika pelafalannya dimutlakkan, maka seringnya sabilillah bermakna jihad (berperang). Saking seringnya penggunaan dengan makna tersebut, seakan sabilillah hanya memiliki satu makna, (yaitu jihad).” ([1])
Ada beberapa golongan yang dinyatakan termasuk kategori fi sabilillah. Sebagiannya merupakan kesepakatan ulama, dan sebagiannya lagi diperselisihkan oleh mereka. Berikut perinciannya:
Pendapat pertama: Jamaah haji termasuk dalam fii sabilillah.
Ini adalah pendapat Ishaq dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad. Hal ini berdasarkan hadis Ummu Ma’qil, bahwa Rasulullah bersabda,
فَإِنَّ الْحَجَّ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Sesungguhnya haji adalah di jalan Allah (fi sabilillaah)…”([5])
Pendapat kedua: Jamaah haji bukan termasuk fii sabililllah.
Ini adalah pendapat mayoritas ulama, di antaranya adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Sufyan ats-Tsauri, Imam Syafi’i, Abu Tsaur, dan Ibnul Mundzir.
Ini adalah pendapat yang kuat, hal ini disebabkan beberapa alasan, di antaranya:
Sedangkan jamaah haji, manfaat yang ia raih hanyalah untuk dirinya, tidak untuk semua kaum muslimin. Terlebih lagi, seorang yang fakir tidaklah perlu dibantu dengan harta zakat untuk berhaji, karena kewajiban haji itu sendiri telah gugur darinya karena ketidakmampuannya.([6])
Footnote:
___________
([1]) Lihat: An-Nihayah Fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar (2/338).
([2]) Lihat: Al-Mughni (6/481).
Ini adalah pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, Ishaq, Abu Tsaur, Abu ‘Ubaid, dan Ibnul Mundzir, bahwa mujahid secara mutlak mendapatkan hak zakat, baik kaya maupun miskin.
Sedangkan menurut Abu Hanifah, mujahid hanya berhak terhadap harta zakat jika ia seorang miskin.
([3]) Lihat: Al-Majmu’ (6/213).
([4]) Lihat: Ad-Durr al-Mukhtar (2/340 dan 343), Al-Majmu’ (6/190), dan Kasysyaaf al-Qina’ (2/273).
([5]) HR. Abu Dawud No. 1989 dan dinyatakan sahih oleh al-Albani tanpa lafal di akhir hadis.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ bismillāhir-raḥmānir-raḥīm 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha…
الٓمٓ alif lām mīm 1. Alif laam miim. ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ…
الٓمٓ alif lām mīm 1. Alif laam miim. ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ…
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا…
الٓمٓصٓ alif lām mīm shād 1. Alif laam mim shaad. كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُن…
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَنفَالِ ۖ قُلِ ٱلْأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَصْلِحُوا۟ ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ…