Ada beberapa hal yang dapat membatalkan iktikaf seseorang, antara lain:
Jika seseorang berniat dan bertekad untuk membatalkan iktikafnya maka telah batal iktikafnya.
Kondisi keluar dari masjid terbagi menjadi dua:
– Keluar hanya sebagian dari tubuhnya
Hal ini pernah dilakukan Nabi Muhammad ﷺ ketika beriktikaf. Beliau ﷺ pernah mengeluarkan kepalanya ke jendela untuk disisir oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Hal ini tidaklah membatalkan iktikaf. ([2])
– Keluar seluruh tubuh
Pada permasalahan ini, keluar dibagi menjadi tiga hal:
Terlebih lagi ia dengan sengaja keluar untuk melakukan hal yang dapat membatalkan iktikaf seperti menggauli istri, maka ini sangat jelas membatalkan iktikafnya. Hal ini sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ﴾
“(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beriktikaf dalam mesjid.” (QS. Al-Baqarah: 187)
السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ: أَنْ لَا يَعُودَ مَرِيضًا، وَلَا يَشْهَدَ جَنَازَةً، وَلَا يَمَسَّ امْرَأَةً، وَلَا يُبَاشِرَهَا، وَلَا يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ، إِلَّا لِمَا لَا بُدَّ مِنْهُ
“Yang disunahkan atas orang yang beriktikaf adalah tidak menjenguk orang yang sedang sakit, serta tidak mengiringi jenazah serta tidak menyentuh wanita, tidak bercampur dengannya dan tidak keluar untuk suatu keperluan kecuali karena sesuatu yang harus ia lakukan.”([5])
Yang termasuk dalam masalah ini pula adalah keluar dari masjid untuk membangunkan istri untuk shalat malam. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah radhiallahu ‘anha,
كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وأَحْيَا لَيْلَهُ، وأَيْقَظَ أهْلَهُ
“Dahulu Nabi ﷺ apabila memasuki sepuluh malam terakhir, beliau ﷺ mengencangkan ikatan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan istrinya.”([6])
Namun, jika seseorang melakukan itu semua sementara ia beriktikaf, maka hal tersebut tidak membatalkan iktikafnya. Hanya saja hendaknya ia menghindari hal tersebut, karena tujuan dari iktikaf adalah agar ia bisa fokus untuk beribadah kepada Allah ﷻ.
Karya : Ustadz DR. Firanda Andirja, MA
Tema : Bekal Puasa
___________
Footnote:
([1]) Lihat: Kassyaf al-Qina’ (2/351).
([2]) Lihat: Mughni al-Muhtaj (2/200).
([3]) Lihat: Maratib al-Ijma’ (1/40).
([4]) Lihat: Kassyaf al-Qina’ (2/356).
([5]) HR. Abu Daud No. 2473, dinyatakan hasan shahih oleh Syekh al-Albani.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ bismillāhir-raḥmānir-raḥīm 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha…
الٓمٓ alif lām mīm 1. Alif laam miim. ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ…
الٓمٓ alif lām mīm 1. Alif laam miim. ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ…
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا…
الٓمٓصٓ alif lām mīm shād 1. Alif laam mim shaad. كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُن…
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَنفَالِ ۖ قُلِ ٱلْأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَصْلِحُوا۟ ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ…